Rabu, 16 Desember 2015

“Bocah Ingusan” di Gigs Underground?

Beberapa hari yang lalu saya menyempatkan diri untuk datang ke salah satu acara gigs underground di daerah Rawamangun karena saya ingin menyaksikan teman-teman saya manggung. Tapi sesampainya disana saya merasa sedikit risih, karena gigs tersebut dipenuhi oleh anak-anak di bawah umur.

10942587_946034062074770_415349660498923468_n
WHAT THE FUCK!
Mereka berdansa dibalik ketidak pahaman tentang apa yang dimaksud dengan musik underground itu, dan mirisnya mereka tidak “moshing”, mereka lebih seperti melakukan seni bela diri kapuera/kung-fu, disaat musik yang keras berkumandang mereka justru tidak menikmati alunan musik tersebut, melainkan mereka mulai berduel dengan teman-temannya, tidak heran belakangan ini di setiap gigs underground saat ini ada saja yang sampai benar-benar berkelahi sehingga menyebabkan terhentinya acara tersebut. Dan jika ada band yang genrenya  agak lemes atau asing di kuping mereka, mereka berhenti berdansa dan duduk terdiam.
Yap, mungkin kalian yang sependapat dengan saya akan terheran-heran dengan fenomena baru seperti ini. Aneh tapi nyata. What the hell man, mereka gak ngerti apa-apa tentang musik underground, dan mereka juga belum saatnya mengerti.
Dan mungkin saja ada temen-temen atau para pembaca yang masih awam tentang musik underground. Sebelum saya melanjutkan ocehan saya tentang bocah-bocah tersebut, saya akan menjelaskan sedikit tentang apa itu musik underground.
Mungkin yang kalian pikir tentang musik underground itu adalah musik yang keras, grasak grusuk, menyalahi aturan, pokoknya imagenya jelek lah di mata mainstream. Kalian salah guys.
Pada dasarnya “Underground” adalah sebuah movement atau pergerakkan dimana tidak terikat pada suatu korporasi yg bersifat mengikat. Pergerakkan “Underground” ini bersifat counterculture (bisa disebut juga antitesis, atau sangat berbeda dengan pakem-pakem yg ada).
adsad
Mayoritas yang datang itu dari umur 8-17 tahun, miris
Dalam dunia musik, “Underground” pertama kali diperkenalkan oleh scene psychedelic pada tahun 1960an, dan dilanjutkan oleh band-band seperti The Grateful Dead, Velvet Undergound, Acid Test, MC5, dan Frank Zappa. Bahkan The Beatles pernah dianggap sebagai pemrakarsa scene “Undeground” pertama.
Band yg dikategorikan sebagai band “Underground” adalah band yg memegang konsep etik D.I.Y (Do It Yourself), merekam dan memeproduksi album mereka dengan kerja keras mereka sendiri tanpa terikat Label besar -yg sekarang ngtrend dengan sebutan indie label-, dan mengadakan pertunjukkan musik di tempat-tempat yg tidak representatif. Itulah definisi Musik Underground yang sebenarnya.
Sebagai penikmat musik underground, kita seharusnya tetap respect dengan ciptaan mereka para pelaku musik underground, ubahlah mindset kalian jika kalian ingin datang ke gigs underground. Jangan mentang-mentang band A keras dimoshingin, band B lemot dikacangin. Mereka bikin musik susah payah.
Saya melihat bahwa anak muda zaman sekarang sangat miskin wawasan dalam berbagai hal, mereka tampak enggan untuk mengetahui asal muasal hal favorit mereka itu. Musik adalah contohnya, anak muda sekarang kebanyakan mengaku meyukai salah satu aliran musik,tapi hanya sedikit sekali dari mereka yg benar-benar membongkar habis tentang musik yg mereka sukai itu. Baik dari asal-muasal aliran itu, band-band apa saja yg dianggap sebagai pelopor aliran itu.
Memiliki pengetahuan seperti itu sangatlah besar manfaatnya, salah satunya adalah kita akan mempunyai BASIC dan Originalitas.
Balik lagi ke bocah-bocah yang sok underground. Seperti yang dikatakan band teman saya Other Side . Mereka berpendapat bahwa tidak seharusnya mereka berada disini. Belum saatnya, karena mereka masih labil. Tidak akan bisa paham dengan definisi Underground yang sebenarnya.
Saran saya untuk kalian para pembaca yang ingin membuat gigs, buatlah pembatasan umur untuk memasuki acara kalian, ya minimal 19+. Untuk kalian para penikmat musik, berusahalah untuk mengembangkan dan mencari tau seluk beluk musik favorit kalian. Karena akan lebih bermanfaat untuk kalian sendiri daripada sekadar mendengarkan. Karena saya percaya di setiap lagu itu memiliki makna-makna tersendiri. Dan kalian juga harus pintar memilah milih yang mana musik yang bagus dan yang mana yang buruk. Dan untuk kalian para pelaku musik, jangan mikirin diri sendiri. Musik adalah komunikator terbaik, jangan sampe kalian menciptakan bad influence untuk pendengar kalian.
asdad

Penulis juga seorang pelaku musik yang memimpikan hilangnya pembodohan dari dunia musik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar