Rabu, 23 Desember 2015

Tudang sipulung BKMF dE Art Studio FSD UNM






"Tudang sipulung" merupukan suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat suku bugis atau tradisi adat suku bugis untuk membicarakan sesuatu terkait tentang permasalahan atau isu-isu yang terjadi di sekitarnya. Secara etimologi Tudang yang berarti duduk, Sipulung berarti Berkumpul Merangkul atau Bersama-sama, jadi bisa kita menafsirkan tudang sipulung ini ialah Duduk bersama-sama untuk membahas atau membicarakan sesuatu yang sangat urgen. Salah satu kegiatan tudang sipulung ini biasanya dilaksanakan oleh kelompok-kelompok masyarakat, ormas, dan organ yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap komunitas atau lembaga/organisasi untuk melihat lebih maju sekaligus untuk meretas permasalahan-permasalahn yang terjadi di dalam kelompok tersebut. Hidup dalam sebuah organisasi yang dipenuhi dengan orang-orang yeng memiliki bermacam-macam karakter dan latar belakang serta perbedaan untuk mengikat itu semua butah wadah dan media yang bisa merangkul menjadi suatu kesatuan yang utuh yang berbentuk tunggal. Kemudian tudang sipulung ini lahir menjadi wadah untuk mempersatukan paham, memretas permasalah-permasalan kelompok dan permasalahn individu dari kempok itu sendiri. BKMF dE art STUDIO hadir sebagai biro bakat minat fakultas suatu lembaga yang menampung mahasisiwa untuk eksis dalam berkarya seni, mengembangkan potensi diri dan memanusiakan manusia sebagai mana mestinya. Peranan BKMF dE art studio cukup besar di dalam dan diluar kampus menjadikan lembaga ini memiliki banyak dinamika akan tetapi dari proses dinamika ini yang membuat lembaga ini megembangkan gaunnya lebih besar, bisa dikatakan dE art STUDIO hadir karena adanya dinamika. IQ, ESQ, dan EQ sebagai modal utama sebagai alat untuk melawan dinamika itu, bukan berarti dinamika hadir kita harus lari, tetapi yang harus kita pikirkan ialah bagaimana kita mempersiapkan, strategi, kekuatan, dan analisis terhadap apa yang kita hadapi untuk memecahkan dinamika tersebut. Orang-orang yang lahir di lembaga ini sangat menjujung etika dan moral secara emosional dengan dasar-dasar budaya bugis sebagai kecintaan akan kebudayaanya. Hadirnya tudang sipulung ini untuk merangkul duduk bersama-sama untuk membicarakan bagaimana kedepannya lembaga ini tetap eksis dalam berkesenian dan berlembaga, membuat formula untuk meretas permasalah multidemensional yang terjadi di internal dan sekaligus ajang untuk mempererat silaturahmi dengan pendiri/pendahulu, Kakak, dan adik dalam suatu bingkai keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar